Celat (C yang Mengubah
Telat)
Karya : Devi Tanti Normalita ( XII
IPA 3 )
Pagi itu di padatnya lalu lintas
kota Singkawang , terselip seorang gadis yang tengah memacu sepeda motornya
selaju mungkin. Ya, dia tengah terburu-buru karena sekitar 5 menit lagi jam
akan menunjukkan pukul 7 pagi. Secepat apapun ia memacu sepeda motornya,
mustahil untuk tidak terlambat karena perjalanan dari rumah hingga sekolahnya
memakan waktu 15-20 menit.
Sepanjang perjalanan mulutnya
berkomat-kamit dari doa seperti “ya Allah, tolong hamba-Mu ini”, “jika tidak
terlambat hamba akan nazar puasa sehari” hingga doa seperti “semoga guru piket
hari ini moodnya lagi baik, jadi hamba-Mu ini dilepaskan”. Tapi tentu saja,
semua yang ia doakan tidak terkabul, hari ini dia terlambat “lagi”. Entah sudah
berapa kali ia terlambat bulan ini. Setiap minggu pasti ada barang sehari dia
terlambat.
Hukuman seperti menyapu, membuang
sampah hingga berlari mengelilingi lapangan, semua itu telah ia rasakan. Tapi
tidak berdampak apapun untuknya karena esok ia akan terlambat lagi. Bukannya ia
tidak jera atau sengaja tetapi, terlambat sudah mendarah daging baginya, dari
SD,SMP, hingga sekarang ia telah kelas 11 SMA, sulit untuk mengubah
kebiasaannya itu.
Pagi ini ia pikir akan sama seperti
sehari-hari yang lalu, ia akan mengetok pintu lalu meminta maaf pada guru yang
mengajar lalu guru itu akan menyuruh duduk dan hari akan berjalan seperti
biasa. Tapi yang terjadi hari ini diluar perkiraannya. Guru yang mengajar saat
itu adalah wali kelasnya. Guru itu memarahinya habis-habisan , kata-kata guru
itu sukses mengiris hatinya.
Wajahnya panas dan memerah karena
malu. Guru itu memarahinya didepan semua teman-teman sekelasnya. Ia bak seorang
bocah yang tengah dimarahi oleh massa karena ketahuan mencuri permen. Marah ?
kesal? Tentu saja. Kepalanya dipenuhi pertanyaan-pertanyaan dan pembelaan yang
ingin ia sampaikan kepada gurunya itu tapi ia pendam dikepalanya karena ia juga
sadar semua yang terjadi padanya karena kesalahannya.
Pembagian raport telah tiba, ia membuka
raportnya dan mendapati nilai C terpampang di raportnya pada bagian
kedisiplinan. Mungkin terlihat sepele tapi, satu nilai C akan sangat
berpengaruh pada masa depannya. Teman sekelasnya bilang, kakak kelasnya pernah
tersandung masuk FKIP karena satu nilai C dan banyak Universitas yang tidak
menerima murid beraport C.
Menyesal, hanya itu yang ia rasakan
sekarang. Entah bagaimana masa depannya nanti. Cita-citanya untuk menjadi guru,
guru bahasa inggris tepatnya. Akankah pupus hanya karena C ? entah lah.
Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berusaha sebaik mungkin agar Cnya tidak
bertambah.
Dari pengalamannya kita dapat
emngambil hikmah bahwa terkadang manusia berbuat salah dan mereka melakukan
kesalahan itu berulang-ulang tanpa menyadari bahwa mereka bersalah.
Teguran-teguran kecil takkan berdampak pada mereka. Hingga suatu massa Allah
member mereka cobaan yang keras agar mereka kembali kejalan yang benar. Bukan
karena allah marah atau benci tapi karena Allah menyayangi kita.
Samalahnya dengan guru tadi. Maksud
dari nilai C yang ia berikan adalah agar muridnya berubah karena disiplin
adalah kunci kesuksesan. Jadi patutnya kita berterima kasih pada cobaan-cobaan
dan orang-orang yang menasehati kita agar kita menjadi lebih baik.
gimana teman esai nya ? terimakasih ya udah membacanya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar